...and the story begin
Sahabat Lara
Wednesday, November 29, 2006
 
: Bidadari yang terluka

Udara bisu siang ini. Matahari belumlah tinggi. Aku kosong, diantara hirukpikuk rutinitas kantor ketika kau datang menghampiri dengan sayapmu yang compang camping, dan hati depenuhi luka. Kusalami kau dengan dingin angin yang sebisanya aku ciptakan lalu memberimu sejumput keyakinan bahwa tangis yang kau tumpahkan di atas rasa sesalmu ini tidak akan berarti apa-apa. Aku tak mampu berbuat banyak ketika kabut mendung itu masih enggan pergi dari matamu. Aku tau begitu hebatnya sedih itu mendurjanai hatimu saat ini.

Sahabat Lara...

Kau sampaikan keluhmu atas lakonan hidup yang kau anggap tidak adil ini lewat harmonisasi isak tangis yang tak mampu lagi kau bendung, meski dulu...setiap lukamu selalu kau bungkus dengan senyuman. Ah.. kau tak lupa kan bagaimana kuatnya waktu itu kau memapah aku ketika aku persis dalam posisimu saat ini? Aku banyak belajar darimu...

Sahabat Lara...

Ketika hatimu dihempaskan badai kenyataan dan harapmu tak seindah mimpi yang pernah kau temui di ujung malam, maka berjanjilah untuk selalu mencatat detik luka yang tertoreh pada lembaran halaman yang kita sediakan. Bukan untuk mengabadikan luka. Namun sebagai buku pelajaran hidup yang boleh kita simpan dan kita bawa selama perjalanan kita.

Sahabat Lara...

Air mata bukanlah satu-satunya teman sejati kita. Cobalah untuk membangunkan logika yang lama tertidur pulas di singgasananya. Kita berjalan di teduhnya alam nyata saat ini, bukan hayalan atau halusinasi. Mari jadikan hati dan logika sebagai lentera penerang jalan kita yang berkelok. jangan biarkan ia redup, tertiup angin yang membuatmu terlena, dan jadikanlah keyakinan sebagai penunjuk arah pulang kita yang sejati.

Sahabat Lara...

jangan lagi kau toleh jejak kenangan yang tertoreh di liku jalan yang pernah kau lalui, bila hanya membangunkan kerinduanmu untuk kembali menyusurinya. Namun, sesekali kau boleh membuka buku sejarah perjalanan hidupmu, tapi ingat sebatas menziarahi kenangan saja. Obati luka batin yang mencekik nadimu dan jangan biarkan rantai dendam berkarat menaut hatimu.

Sahabat Lara...

Kau bidadari yang berhak bahagia....
unai @ 6:49 PM -

4 Comments:
  • At 11:21 PM, Anonymous Anonymous said…

    Satu lagi tapakku melangkah lebih tinggi,
    Atas uluran tangan sang dewi
    Hingga masa-masa ini kulewati,
    Tak kan henti ucap terimakasihku
    Untuk kekuatan yang kau berikan
    Saat gelapnya malam merengut semua impian
    Yang kubangun atas nama cinta dan harapan

    Terimakasih atas semua cinta.....

     
  • At 12:40 PM, Anonymous Anonymous said…

    menziarahi kenangan?
    di TPU mana yak ituh?

    *komen nda jelas*
    oiyak, mampir kemari juga ya budhe :)

    http://ceritaria.blogspot.com/

     
  • At 10:54 PM, Anonymous Anonymous said…

    bagaimana kalau kukirimi setangkai bunga setiap pagi. agar sembuh duka laramu.

    mau ?

     
  • At 11:43 PM, Anonymous Anonymous said…

    ck ck ck.... kok puitis bangeeed to?? aku dadi berasa oon kalo gini... ga tau maksudnya sih :p

     
Post a Comment
<< Home
 
 
Profile

unai - Yogya, Indonesia
Sebelum kita mengantarkan mentari pulang ke peraduan, mari buka tirai sejenak, agar angin menelusupkan damai...meninggalkan rahasia..entah untuk siapa??? UNTUKMU ???
My profile

 
tag here please
Free shoutbox @ ShoutMix
 
 
Guys Next Door
 
Other Side of Me
 
 
Hobbies
 
Previous Post
 
Recent Comments
 
Archives
 
credits

BLOGGER


BlogFam Community

Lomba Blogfam HUT Kemerdekaan RI ke 62
Lomba Hut ke-3 Blogfam

Tour de Djokdja

Pesta Blogger 2007