Lobi di lantai bawah penuh, registrasi mahasiswa baru rupanya. Seorang bapak duduk berdiri duduk lagi, begitu gelisahnya. Kumis tebal melintang diantara hidung dan bibir yang juga tebal membuat bapak ini terlihat sangar. Kacamata hitam membingkai matanya yang entah juling entah tidak. Sesekali dia membetulkan letak kacamatanya, menaikkan celana jinsnya yang kedodoran. Oooo dia mengantarkan putrinya untuk mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di sini. Saya memperhatikan tanpa sengaja dari kejauhan.
Masih dengan gelisah, bapak dengan kumis lebat dan kacamata yang gagah bertengger di hidungnya sesekali melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Iseng saya dekati, mengobati penasaran saya ; ada apa dengan bapak ini? Saya pikir dia bingung mencari toilet....dan menumpahkan hasrat buang hajatnya.
Setelah ngobrol singkat saya bisa menyimpulkan bahwa bapak ini ingin anaknya masuk di Fakultas Kedokteran, sementara si anak ingin di Hubungan Internasional. sebuah pilihan yang masuk akal, kan? Nah di saat ujian penmaru gelombang pertama lalu, si anak sudah menuruti kemauan sang bapak untuk memilih Fakultas Kedokteran. Namun sayang...si anak belum berhasil. Mungkin karena ia kekeuh ingin tetap di pada pilihannya Hubungan Internasional. Dan sekarang, di gelombang ke dua... bapak ini tetap menginginkan putrinya memilih kedokteran. Bahkan dia bersedia membayar sebesar apapun asalkan putrinya diterima.
"Wahhhh di sini tidak bisa seperti itu, pak...penilaian pure berdasarkan hasil test", begitu terang saya. Saya cuman membatin...bapak yang kelihatan seperti orang terpelajar ini ternyata tidak memberi kebebasan kepada putrinya untuk memilih. kalaupun nanti dipaksakan, hasilnya tidak akan maksimal..bisa jadi si anak tidak mampu, depresi, frustrasi, atau bahkan bunuh diri....hahahah ini hanya pengandaian saya saja. Semoga tidak terjadi begitu
Ah, semoga kita menjadi orang tua yang bijaksana...tidak memaksakan kehendak pada anak-anak ya...Tidak mengebiri hak pilih mereka.
|