...and the story begin
TENTANG MERCUSUAR
Tuesday, June 27, 2006
 

Kokoh menjulang sendirian, di tepian pantai mencekam. Diterpa angin badai dihempas ombak membentur didinding kokoh kesepian. Kau hanya berteman camar dan walet yang hilir mudik diatas kepalamu, masuk melalui celah jendela, dan bertengger di tangga menuju puncakmu.

Kau memeberi terang, penunjuk jalan bagi nakhoda yang kehilangan arah. Kompasnya mungkin rusak, atau bahkan tak berfungsi lagi. Kau juga membantu ketika nakhoda hendak menepi, nyaris terbentur cadas untuk kemudian karam. Kau berjasa wahai mercusuar.

Kau penerang bagi jiwa dilanda gelap, penuntun arah bagi hati yang kehilangan kompas. Mulialah kau wahai dinding berlampu yang menjulang tinggi.

Tapi sayang, kau sendiri kegelapan karena terangmu kau bagi. Kau beri untuk pengemudi perahu hati. Kemudian perahupun menepi, menghampiri marcusuar yang tak letih berdiri di tepi. Satu, dua, tiga perahu datang. Ada nakhoda kapal besar, ada nelayan berperahu kecil, bahkan seseorang yang hanya terdampar di tepian pantai di tempat keberadaanmu. Mereka datang, berlindap di kokohmu, dan kau memberi nyamanmu, perlindungan di teduhmu, dari hujan badai yang membasahi mereka. Kau biarkan nakhoda kapal besar, nelayan, serta pengembara yang terdampar itu memanjat ke pucakmu. Merasakan hangat pijar lampumu lebih dekat ketika dingin menyergap. Tapi apa kau tau wahai mercusuar? Mereka letih, terlalu curam dan banyak anak tangga yang harus mereka lewati untuk mencapai puncakmu. Dan ketika sampai di sana...di puncakmu, kau hanya mampu memberi hangatmu, pada salah satu diantara mereka yang telah bersusah payah menggapaimu. Kau abaikan yang lainnya, yang kelelahan hampir mati kehilangan pegangan.

Nai 2006 Silent Sunday
unai @ 1:50 PM -

7 Comments:
  • At 4:22 PM, Blogger buderfly said…

    Ah, betapa mulianya menjadi mercusuar. Menjadi berarti tanpa memikir kepentingan. Dan, betapa beruntungnya dia yang berada dalam lingkupan hangat puncaknya, dimana bisa dipandanginya batas antara udara dan tanah nyata...

     
  • At 4:56 PM, Blogger Maryulis Max said…

    aku ingin jadi mercu suarmu, memberi cahaya di balik temaram jiwamu. Gapai aku.. dipuncak kita senandungkan lagu cinta itu...

     
  • At 5:45 PM, Blogger ciplok said…

    to max = terserahlah max !!!

     
  • At 6:06 PM, Anonymous Anonymous said…

    hmmm...bagi laut mercusuar adalah jiwanya

     
  • At 7:53 PM, Anonymous Anonymous said…

    karena aku gak dong ttg baca tulis puisi...
    aku mau tanya..menara itu dimana bu..????jln2 kesana yuk..????

     
  • At 9:34 PM, Blogger WeSy 'CiCi' said…

    dulu cici sering loh mbak liat mercu suar, waktu kecil. gak masuk seh, tp lumayan...bisa liat dgn jelas. nama daerahnya bukit lampu, di padang :)

     
  • At 7:37 PM, Blogger unai said…

    Buderfly, mercusuar yang gagah begitu mulianya dia.

    Uda, jadi mercuarku? bolehlah da

    Madamku ciplok, iya nih Uda puitis juga *jitakin yuk plok

    Gee, betulkah?

    *Pepeng, kapan kapan aku ajak ke sana, makanya balik ke jogja lah.

    Cici,mercusuar gak jau dari tempat tinggalku sekarang, makanya cepetan atuh ke sini.

    Mom Lucy, menepilah kemari, jangan terantuk karang, ada mercusuar di tepi.

    Berguru ke Suhu Buder nih heheh

     
Post a Comment
<< Home
 
 
Profile

unai - Yogya, Indonesia
Sebelum kita mengantarkan mentari pulang ke peraduan, mari buka tirai sejenak, agar angin menelusupkan damai...meninggalkan rahasia..entah untuk siapa??? UNTUKMU ???
My profile

 
tag here please
Free shoutbox @ ShoutMix
 
 
Guys Next Door
 
Other Side of Me
 
 
Hobbies
 
Previous Post
 
Recent Comments
 
Archives
 
credits

BLOGGER


BlogFam Community

Lomba Blogfam HUT Kemerdekaan RI ke 62
Lomba Hut ke-3 Blogfam

Tour de Djokdja

Pesta Blogger 2007