Sudah lewat satu hari sejak kepulangan sudaraku ke Prabumulih, setelah seminggu ini mereka di Jogja. Dua hari menginap di rumahku, sebelumnya mereka lebih memilih menginap di Hotel karena personil mereka yang banyak dan mungkin juga pakewuh atau nggak enak hati dengan kami. Kami sambut kedatangan mereka dengan suka cita. Lah wong selama ini kami belum pernah ketamuan orang apalagi saudara. Rumah yang buat kami cuma tempat numpang tidur akhirnya diramaikan juga oleh datangnya saudara-saudaraku, saudara ipar dari kakak perempuanku . Rumah kami yang cuma berkamar tiga menjadi sangat sempit. Ditambah kedatangan mereka yang dalam rangka menikahkan anak membuat bawaan mereka yang seabrek bertumpuk di dalam satu kamar.
Persiapan pernikahan yang terkesan mendadak, tapi bukan karena sesuatu yang buruk telah terjadi membuat kami kalang kabut menyiapkan segala sesuatunya. Maklumlah, kami di pihak laki-laki. Rabu siang, pulang kerja aku langsung mengantar mereka membeli keperluan hantaran. Melelahkan dan laper, dari kantor aku sudah diajak lunch bareng temen2x yang laen, tapi karena aku sudah janji dan aku nggak mau membuat mereka menunggu lama aku langsung cabut menemui mereka. Lumayan..kakiku sampai kram, karena setiap jajaran toko di sepanjang Malioboro kami masuki. "Ugh..untung gak setiap hari" batinku. Aku juga yang menata hantaran dalam kotak berhias renda merah jambu, membentuk mukena dan sajadah menjadi menjadi Masjid dan menaranya, kain menjadi kelopak bunga, menghias pisang sanggan,dan mempersiapkan semuanya, termasuk video shooting beserta editnya.
Di rumah yang beraura jawa kental di wilayah Klaten itu, tempat kami menyaksikan perjanjian agung. Rumah kuno yang meski sudah banyak direnovasi di sana-sini, tapi kesan antik masih tertinggal. Rumah dengan pendopo yang luas dan gebyog berbahan jati yang di kanan kirinya masih banyak sekali sawah, sebagian sudah dipanen, tapi masih banyak juga yang masih dibiarkan menguning. Indah sekali. Apalagi pagi itu, saat kami melewati jalan kecil itu, matahari baru saja bangun dari tidur nyanyaknya. Warna jingga membias, menyeruak dari balik pepohonan rindang di tepi sawah itu. Sebuah pemandangan yang membuat mata enggan berpaling, nggak berhenti membuat aku berdecak.
Setelah acara selesai, menjelang siang kami langsung pulang, dan aku kembali ke kantor, menyelesaikan beberapa surat yang sudah dateline. Memenuhi janji ketemu Bendahara dan Wakil Majelis, membahas persoalan dan menyiapkan jawabannya buat Perguruan Tinggi . Fuihhh capeknya! Ternyata, aku masih menginginkan liburan itu...
|